Pesan untuk para orang tua ( terutama yang sibuk 🙂


Pada suatu waktu ketika ada sebuah cerita dari dosenku pak Nurdin yang selalu kuingat. Beliau bercerita tentang seorang anak yang kedua orang tuanya  kerja full time, anak itu bercerita sama teman-temannya yang selalu bertanya kenapa dia nggak pernah dijemput orang tuanya, “ orang tuaku menitipkan aku di full day school supaya aku bisa bermain dengan teman sebaya-ku sepanjang hari” . Beberapa tahun kemudian ketika anak itu sudah dewasa dan sukses, dan kedua orang tuanya sudah pensiun dan renta,  dengan entengnya dia bilang sama orang tuanya bahwa nanti mereka akan dititipkan di panti jompo dengan alasan SUPAYA BISA BERMAIN DENGAN TEMAN SEBAYANYA SEPANJANG HARI !!!…

Sungguh sebuah cerita yang menyentuh tentang pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak2 kita dengan kedekatan emosi dan kehadiran secara fisik setiap waktu. Kehadiran oarng tua terutama seorang ibu sangat berarti terhadap perkembangan emosi dan pandangan mereka tentang kehidupan. Bisa dibayangkan bagaimana anak kita kelak akan memandang dunia dan dirinya ketika dia hanya di’didik’ oleh pembantu yang tingkat pendidikannya jauh lebih rendah dan wawasanya jauh lebih sempit daripada kita?

Diilema perempuan bekerja adalah masalah serius bagi pasangan muda yang berkecukupan secara materi dan mempunyai system pendukung yang minim. Sistem pendukung  yang minim ini adalah ketiadaan sebuah lingkungan yang kondusif dalam mengasuh anak, contohnya, ketiadaan keluarga,kerabat atau tetangga yang benar-benar care terhadap kondisi anak kita. Sehingga satu-satunya peran orang tua pengganti ketika kedua orang tuanya bekerja adalah  pembantu  atau baby sitter.  Bisa dibayangkan betap abesarnya ketergantungan kita terhadap pembantu/baby sitter tersebut. Bahkan kadang kita ‘makan ati’ hanya supaya mereka betah atau tidak menyakiti anak2 kita. Miris mendengar banyak kasus penganiayaan anak2 oleh pembantu/baby sitter. Kalo sudah begini siapa yang patut disalahkan? Pembantu/baby siter atau orang tuanya?

Perempuan bekerja dalam Islam memang disunahkan dengan berbagai syarat, salah satunya adalah apabila kebutuhan rumah tangga kurang tercukupi hanya dengan ‘gaji’ suami, BUT..kadang kita latah..kecukupan kebutuhan kita yg sifatnya relative selalu dijadikan sebuah alasan bagi para perempuan untuk tetap bekerja diluar rumah dengan dalih seperti itu.

Ketika kebutuhan rumah tangga secara fisiologis tercukupi insyaallah mereka adalah termasuk keluarga yang berkecukupan. Sehingga peran seorang istri untuk bekerja adalah ‘Mubah, mubasir atau bahkan bisa haram’ tergantung pertimbangan masing-masing individu mengenai mudharat manfaatnya bagi mereka.

Sangat disayangkan apabila keputusan seorang perempuan  untuk bekerja diluar rumah secara full time berakibat fatal bagi keluarganya terutama anak2nya. Alih2 untuk mencari harta bagi anak2nya tapi ternyata bukan hanya harta yang dibutuhkan anak2 kita akan tetapi mereka lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian kita sebagai seorang ibu yang selalu ada dan hadir disetiap waktu didekatnya.

Bandung , 19 December 2016


Leave a Reply